Pengertian Bisnis Ritel
Kata ritel berasal dari bahasa Perancis,
ritellier, yang berarti memotong atau memecah sesuatu.Retail atau eceran
(retailing) dapat dipahami sebagai semua kegiatan yang terlibat dalam penjualan
barang atau jasa secara langsung kepada konsumen akhir untuk penggunaan pribadi
dan bukan penggunaan bisnis.Sering kali orang-orang beranggapan bahwa ritel
hanya menjual produk-produk di toko. Tetapi retail (ritel) juga melibatkan
pelayanan jasa layanan antar (delivery services) ke rumah-rumah. Tidak semua
ritel dilakukan ditoko. Kegiatan yang dilakukan dalam bisnis retail (ritel)
adalah menjual berbagai produk, jasa atau keduanya, kepada konsumen untuk
keperluan konsumsi pribadi maupun bersama. Produsen menjual produk-produknya
kepada peretail maupun peritel besar (wholesaler).Peritel besar ini juga kerap
disebut sebagai grosir atau pedagang partai besar.
Perbedaan bisnis ritel
International Finance Corporation (IFC)
mencatatkan sekira 80 persen penjualan ritel di Indonesia merupakan hasil dari
penjualan ritel tradisional, dengan nilai sekira USD138 juta.IFC juga mencatat,
peritel tradisional juga mampu menyerap 21 persen tenaga kerja di
indonesia,
Tapi ada kesenjangan dalam operasional yang
dialankan selama ini dimana kesenjangan terjadi karena terdapat di
sisi pembayaran, peritel modern telah mengadopsi pembayaran secara digital
(e-money) sedangkan peritel tradisional belum.
Saat ini kesenjangan antara peritel modern dan
peritel tradisional adalah, peritel modern memiliki rantai distribusi yang
terintegrasi secara digital sehingga menciptakan sinergi di antara penggunanya.
Standar bersama membuat informasi yang mengalir lebih efektif di antara
pemasok, peritel dan bank untuk meningkatkan visibilitas, efisiensi dan proses
otomasisasi.
Sedangkan peritel tradisional, biasanya
berbasis uang tunai dan mempunyai keterbatasan integrasi dengan pemasok atau
bank untuk mengelola pembelanjaan, persediaan dan pembayaran.Tanpa teknologi
yang kompatibel, mereka hanya mendapatkan sedikit keuntungan dari standar dan
infrastruktur yang digunakan oleh pelaku bisnis yang lebih besar dalam rantai
distribusi ini.
Contohnya dengan data yang dimiliki bersama
antara peritel modern bersama dengan perbankan membuat peritel modern lebih
mudah untuk melakukan pinjaman keperbankan untuk ekspansinya.
Menurut Asep ST Sujana (2005:16)
mengklasifikasikan tipe bisnis ritel berdasarkan:
a. Ownership (kepemilikan bisnis),
• Single-store Retailer; merupakan tipe binis
retail yang paling banyak jumlahnya dengan ukuran toko umumnya dibawah 100 m2
mulai dari kios atau toko dipasar tradisional sampai dengan minimarket modern;
dengan kepemilikan secara individual.
• Toko Retail; adalah toko retail dengan
banyak (lebih dari satu) cabang dan biasanya dimiliki oleh institusi bisnis
bukan perorangan.melainkan dalam bentuk perorangan (company owned retail
chain).Bentuknya mulai dari rantai toko minimarket sampai dengan mega
hyperstore.contoh nyata yang umum adalah seperti Hero Supermarket, Sogo,
Dept,Store & Supermarket, Matahari, Ramayana, dan sebagainya.
• Toko Waralaba (Franchise Stores); adalah
toko retail yang di bangun berdasarkan kontrak kerja waralaba (bagi
hasil)antara terwaralaba (franchisee) yakni pengusaha investor perseorangan
(independent business person)dengan pewaralaba (franchisor)yang merupakan
pemegang lisen bendera/nama toko,sponsor,dan pengelola usaha)
b. Merchandise category (kategori barang
dagangan),
· Special
store (Toko Khas) merupakan toko retail yang menjual satu jenis kategori barang
atau suatu rentang kategori barang (merchandise category) yang relatif
sempit/art-shop (pasar seni), jewelry store (toko perhiasan),toko buku,dan
sebagainya.
· Grocery
store (Toko Serba Ada, Toserba) merupakan toko ritel yang menjual sebagian
besar kategori barangya adalah barang groceries (kebutuhan sehari-hari;
freshfood perishable, dry-food ,beverages, cleanings dan cosmetics,serta
household items.Umumya toko retail modern yang sudah mapan adalah berbasis
sebagai grocery retailers di mana mereka jual lebih dari 60% dari assortment
(bauran produk) adalah merupakan kebutuhan pokok (basic needs)harian pribadi, keluarga,atau
rumah tangga.contohya Carrefour,Makro,Hero,Lion Superindo, dan tip top
· Department
Store sebagian besar dari assortments yang di jual adalah merupakan non-basic
items (bukan kebutuhan pokok), fashionables,dan branded items(bermerek) dengan
lebih dari 80%(konsinyasi).
Contohya,Ramayana,Borobudur,Sogo,Dept store,
Matahari galleria dan Pasaraya
· Hyperstore
menjual barang-barang dalam rentang kategori barang yang sangat luas.menjual
hampir semua jenis barang kebutuhan setiap lapisan konsumen,mulai dari barang
grocery,household,textile,appliance,opticaldan lainnya dengan konsep
one-stop-shopping (everything-in-oneroof),bahkan ganti oli, dang anti ban mobil
dapat di layani di dalam toko ritel sejenis ini.paling tidak di butuhkan sedikitya
10.000 m persegi luasan sales area.toko-toko retail di Indonesia tampakya belum
ada yang dapat dikategorikan dalam tipe hyperstore,bahkan Carrefour
sekalipun.Meskipun di negarya (Perancis), Carrefour juga telah mengoperasikan
model ini.
c. Luas sales area (area
pejualan),
• Small
Store/Kiosk;sebuah toko kecil (kios) yang umumnya merupakan toko ritel
traditional,dioperasikan sebagai usaha kecil dengan sales area dari 100
m2
• Minimarket;dioperasikan
dengan luasn sales area antara 100 sampai dengan 1.000 m2.
• Supermarket;dioperasikan
dengan luasan sales area antara 1.000 sampai dengan 5.000 m2.
• Hypermarket;dioperasikan
dengan luasan sales area lebih dari 5.000 m2
d. Non-store retailer
(retailer tanpa toko).
• Multi-Level-Marketing
(MLM); adalah suatu model penjualan barang secara langsung (direct selling)
dengan system komisi penjualan berperingkat berdasarkan status keanggotaan
dalam distribution lines (jalur atau peringkat distribusi).Kemudian karena marketing
policy-nya untuk tidak melakukan above the line promotion (advertising) dan
tidak di perbolehkannya marketing budget-nya di kompensasikan ke dalam bentuk
Point Value (PV) dan Benerfit Value (BV) bagi para direct distributor.Contoh
nyata model ini adalah Amway,CNI, dan lain-lain
• Mail & Phone
Order Retailer; bentuk lain dari non-store retailer adalah Mail &
Phone Order Retailer atau bisa di sebut
sebagai “ toko pesan antar “,yakni perusahaan yang melakukan penjualan
berdasarkan pesanan melalui surat dan atau telepon .Contoh dari model non-store
retailer in,antara lain TV Media DRTV, dan
sebagaiya.dalamperkembangannya.contoh retailer tipe inipun tidak lagi murni
non-store retailer dengan di bukanya showroomshowroom (konter) di hampir
seluruh kota besar.
• Internet/Online Store
(e-Commerce);perkembangan teknologi informasi khususnya internet,telah
memukinkan berkembangnya “toko retail” di dunia maya.Adopsi teknologi internet
ke dalam bentuk online retailing (e-tail-ing, ecommerce) begitu memukau sehingga
banyak yang gagal karena overestimate atau over-self-confidence walaupun ada
pula yang berhasil seperti Amazon.com,dan Walmart.com.proses follow-up antara
lain melalui penyedian pusat layanan informasi dan konsumen,serta system
layanan pesan-antar yang memadai.
No comments:
Post a Comment